7 Kesalahan Umum Orang Tua Saat Dampingi Anak Belajar

Mendampingi anak belajar di rumah itu kelihatannya gampang, tapi prakteknya nggak selalu mulus. Banyak orang tua yang niatnya ingin membantu, malah justru bikin anak jadi stres, kehilangan semangat, bahkan merasa takut saat belajar. Tanpa sadar, orang tua sering melakukan kesalahan-kesalahan kecil yang dampaknya cukup besar buat perkembangan mental dan cara belajar anak.

Nah, di artikel ini kita akan bahas tujuh kesalahan orang tua saat anak belajar yang paling umum terjadi, plus cara membimbing anak dengan cara yang tepat agar proses belajarnya lebih nyaman dan efektif.

1. Terlalu Menuntut Hasil Sempurna

Banyak orang tua berharap anak selalu dapat nilai bagus. Wajar sih, semua orang tua ingin yang terbaik. Tapi kalau terlalu fokus pada nilai tanpa menghargai proses, anak bisa merasa ditekan. Mereka belajar bukan karena ingin tahu, tapi karena takut dimarahi kalau salah.

Solusinya: Fokuslah pada proses belajar, bukan hanya hasil. Apresiasi usaha anak sekecil apa pun. Misalnya, ucapkan, “Keren ya kamu udah coba sendiri duluan,” meskipun jawabannya belum benar.

2. Membandingkan dengan Anak Lain

“Lihat tuh si Budi, nilainya bagus terus. Kamu kapan bisa kayak dia?” Kalimat seperti ini mungkin terdengar biasa, tapi bisa melukai kepercayaan diri anak. Membandingkan bikin anak merasa tidak cukup baik dan kehilangan motivasi.

Solusinya: Bandingkan anak dengan dirinya sendiri di masa lalu. Misalnya, “Sekarang kamu udah lebih cepat ngerjain soal dibanding minggu lalu, hebat!”

3. Ikut Campur Terlalu Banyak

Orang tua kadang tanpa sadar “mengambil alih” proses belajar. Mulai dari menyuruh cara mengerjakan soal yang sesuai versinya sendiri, sampai membantu terlalu banyak. Akibatnya, anak tidak belajar mandiri dan hanya mengandalkan orang tua.

Solusinya: Beri ruang anak untuk berpikir dan mencoba sendiri. Kalau pun ingin membantu, cukup arahkan — jangan kerjakan semuanya.

4. Marah Saat Anak Lambat atau Salah

Belajar itu proses. Wajar kalau anak butuh waktu atau melakukan kesalahan. Tapi sayangnya, masih banyak orang tua yang cepat emosi saat anak nggak langsung paham atau salah menjawab.

Solusinya: Hindari reaksi negatif yang kontraproduktif. Coba tanyakan, “Bagian mana yang bikin kamu bingung?” Lalu bantu mereka menelaah pelan-pelan.

5. Kurang Menghargai Gaya Belajar Anak

Setiap anak punya cara belajar yang beda-beda. Ada yang lebih visual, ada yang kinestetik. Kalau orang tua memaksakan cara belajar mereka sendiri ke anak, proses belajar jadi terasa berat.

Solusinya: Kenali gaya belajar anak, lalu sesuaikan metode belajarnya. Misalnya, gunakan gambar dan warna untuk anak visual, atau ajak bermain peran untuk anak kinestetik.

Kalau kamu belum tahu gaya belajar anakmu, coba baca juga artikel tentang bagaimana cara cocokkan metode dengan gaya belajar mereka.

6. Tidak Konsisten dengan Jadwal Belajar

Kadang orang tua semangat di awal, bikin jadwal belajar yang keren. Tapi setelah seminggu, jadwal itu nggak dijalankan lagi. Anak pun bingung dan akhirnya ikut-ikutan nggak konsisten.

Solusinya: Buat jadwal belajar yang realistis dan fleksibel. Pastikan dijalankan secara konsisten. Nggak perlu panjang, yang penting rutin dan menyenangkan.

7. Belajar Dianggap Sebagai Tugas, Bukan Proses Seru

Kalau belajar selalu identik dengan “kerja keras”, “ujian”, dan “dilarang salah”, anak akan cepat bosan. Padahal, belajar bisa jadi proses yang menyenangkan kalau dilakukan dengan cara yang tepat.

Solusinya: Jadikan belajar sebagai bagian dari eksplorasi. Bisa dengan permainan edukatif, diskusi ringan, atau bahkan nonton film bareng lalu ngobrol tentang isi filmnya.

Dampingi dengan Hati, Bukan Tekanan

Mendampingi anak belajar memang butuh kesabaran ekstra. Tapi yang paling penting adalah membangun suasana belajar yang positif, suportif, dan penuh pengertian. Anak nggak cuma butuh guru di rumah, tapi juga teman belajar yang sabar dan nggak gampang marah.

Kalau kamu ingin bimbing anak dengan cara yang tepat, coba mulai dari mendengarkan lebih banyak, memberi ruang untuk gagal, dan menyemangati tanpa syarat. Dengan begitu, anak akan lebih terbuka dan nyaman belajar bersama kamu — bukan karena takut, tapi karena merasa didukung sepenuhnya.